PEKANBARU -- Gaungriau.com -- Ahad 25 Maret 2018 bertempat di Hotel Pesona Pekanbaru, Komunitas Guru Muslimah Inspiratif (KGMI) mentaja acara dengan tajuk "Menjadi Guru Idaman untuk Peradaban Cemerlang".

Banyaknya permasalahan pelajar dalam dunia pendidikan sekarang menjadikan wajah pendidikan kita berada dalam kondisi yang kelam. Padahal maju mundur suatu bangsa ditentukan dari pendidikannya.

"Untuk itulah kami segelenggarakan Temu Guru Muslimah Inspiratif ini dalam rangka mempertemukanh guru-guru dan membincangkan masalah terkait pendidikan", ujar Ruzimah, S.Si selaku ketua KGMI Riau dalam kata sambutannya.

Puluhan guru setingkat SD, SMP, dan SMA sederajat baik dari dalam kota Pekanbaru maupun dari luar kota Pekanbaru, menghadiri acara tersebut.
Hadir sebagai pembicara pertama yaitu Wulan Citra Dewi, seorang Penulis dan Pemerhati masalah Pendidikan asal Riau mengungkapkan banyaknya tantangan yang dialami oleh guru sekarang.

Mulai dari idealisme guru yang terkalahkan oleh situasi dan kondisi, masalah anak didik yang candu dengan narkoba, gawai, konten pornografi, pacaran yang sudah menjadi lumrah, gaya hidup premanisme, dan sebagainya. "Banyaknya masalah yang dihadapi guru begitu berat. Jangan sampai idealisme guru mendidik generasi menjadi tergerus," tegasnya.

Bahkan ia menyimpulkan banyaknya masalah ini diakibatkan oleh paham liberalisme. "Liberalisme atau kebebasan yang lahir dari paham sekulerisme inilah yang membuat masalah tak kunjung berakhir. Sehingga bisa dikatakan masalah yang terjadi adalah masalah sistemik bukan kasuistik", ungkap motivator remaja ini.

Sejalan yang dikatakan pemateri pertama, Wahyu Tri Darmawati (Guru berprestasi asal Pekanbaru), selaku pemateri kedua memaparkan keunggulan sistem Pendidikan Islam. Dalam Islam, guru-guru mampu menghasilkan anak didik yang kelak menjadi ilmuwan.

"Ada Ibnu Sina yag dikenal bapak kedokteran, Al Khawarizmi ahli algoritma, dan dari kalangan perempuan ada Aisyah binti Abu Bakar sebagai periwayat hadist, kesehatan, dan lain-lain. Ilmuwan ini memberikan banyak manfaat dalam kehidupan".

Kegemerlapan Islam juga tampak dalam pemberian gaji dan jaminan kesejahteraan guru. "Islam betul-betul memuliakan guru. Gaji seorang guru pada masa Salahuddin Al Ayyubi sekitar 11-40 dinar (setara dengan 26-96 juta rupiah)", kata Wahyu.

Hal ini terwujud dengan pemberlakuan kurikulum dan metode pendidikan berbasis akidah Islam. "Semua materi pelajaran terintegrasi dengan akidah Islam. Semuanya disesuaikan dengan level berpikir anak. Sedangkan metodenya berbasis talqiyan fikriyan, yaitu ilmu diberikan sesuai realitas yang bisa diindra anak didik", pungkasnya

Acara diisi dengan diskusi dan sharing dari peserta. Sesi diskusi berlangsung hangat hingga akhir acara peserta sepakat dengan banyaknya masalah pendidikan sekarang terjadi disebabkan karena tidak diterapkannya Islam dalam kehidupan. Acarapun ditutup dengan pemberian cinderamata kepada pemateri dan foto bersama.**(rls)