PELALAWAN -- Gaungriau.com -- Terkait permasalahan RSUD BLUD Selasih Pangkalan Kerinci yang mengalami defisit ratusan juta rupiah bahkan berpotensi merugi hingga milyaran rupiah akibat obat - obatan yang dikhawatirkan expired dan tak terpakai,Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pelalawan dr. Endid R Pratiknyo dan direktur RSUD BLUD Selasih Pangkalan Kerinci dr. Ahmad Krinen kompak menyebutlan bahwa defisit yang dimaksud bukanlah kerugian dan RSUD BLUD Selasih tak akan kolaps atau bangkrut.

"RSUD dimanapun yang sudah BLUD tidak mengenal istilah rugi.Perlu diingat RSUD Selasih ini bukan perusahaan yang mengejar untung.Jadi RSUD yang sudah BLUD yang tidak mencari keuntungan tidak bisa dinyatakan rugi. BLUD bertujuan meningkatkan pelayanan kesehatan. BLUD tidak dipersiapkan untuk perusahaan yang berdiri sendiri karena BLUD tetap menjadi bagian dari Pemerintah daerah.Kalau defisit itu kerugian, " papar dr. Endid kepada media ini, Kamis 1 Februari 2018.

Dikatakannya, untuk menutuli defisit yang ada tentu ada langkah - langkah perbaikan dan evaluasi total terhadap sistem kerja dan pelaksanaan BLUD.

"Perlu dipahami secara seksama sistem kerja BLUD ini. Tidak ada satupun RSUD di Indonesia ini yang begitu saja lepas dari Pemerintah terutama soal anggaran. BLUD itu dikelola sendiri oleh RSUD.Seperti pengadaan kebutuhan obat - obatan tentu berbeda dengan rumah sakit swasta.Tentu Kita tidak bisa menakar kebutuhan obat tersebut seperti rumah sakit swasta dan masalah lainnya,"ungkapnya.

Untuk diketahui, RSUD sebelum BLUD aeluruh pendapatannya diserahkan ke Pemkab dan seluruh jebutuhan RSUD dikeluarkan melalui mekanisme APBD.Namun tetap perbaikan harus dilakukan administrasi maupun manajemen dan sistem kerja RSUD Selasih agar devisit tidak terus bertambah setiap tahunnya dan bahkan mengalami silpa.

"Jadi RSUD BLUD Selasih itu tidak akan bangkrut dan kolaps karena RSUD tidak lepas dari Pemkab," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Direktur RSUD Selasih dr. Ahmad Krinen.Dikatakannya, defisit RSUD Selasih pada tahun 2016 adalah Rp. 2,6 milyar.Untuk tahun 2017 sudah kurang menjadi sekira Rp. 900 juta dan pada tahun 2018 ini sangat besar potensi Silpa.**(jyp)