Gaungriau.com (JAKARTA) -- Haedar Nashir menyebut Lazismu telah menjadi Lembaga ZIS nasional yang memperoleh banyak penghargaan dan menjadi kebanggaan Persyarikatan Muhammadiyah. Manfaat program-program Lazismu juga telah memberi sumbangsih yang sangat bermakna untuk kemanusiaan di tingkat lokal, nasional, bahkan global.

Hal ini ia sampaikan Haedar saat Pembukaan Rakernas Lazismu secara daring pada Jumat 4 Desember 2020. Haedar menyebut bahwa program-program Lazismu telah berkontribusi di dunia internasional.

"Program-program ini menunjukkan bahwa spirit Al-Maun terus kita rawat lebih dari 108 tahun di dalam jiwa kita, di dalam pikiran kita, di dalam sikap kita, bahkan di dalam tindakan dan aktivitas kita. Sehingga Al-Maun di tangan kita telah menjelma menjadi praksis sosial kemanusiaan yang membebaskan, memerdekakan, memajukan, dan memberdayakan manusia," ujar Haedar seperti kutip dari laman Lazismu.org.

Haedar mengatakan, zakat, infaq, dan shodaqoh merupakan ajaran Islam yang menjadi kewajiban masyarakat untuk ditunaikan dan diikhtiarkan penggunaannya. Lazismu telah menjadi lembaga amil zakat yang amanah, bertanggungjawab, dan memiliki tingkat good governance sehingga fungsi ZIS dapat ditunaikan dengan baik.

Semangat ZIS ini tidak hanya direpresentasikan oleh Lazismu, melainkan oleh seluruh elemen umat Islam. Islam menempatkan zakat sebagai kewajiban yang melekat dengan rukun Islam. Maka, tidak mungkin Nabi Muhammad menjadikan zakat ke dalam rukun Islam jika instrumen ini tidak dipandang penting.

"Zakat adalah sesuatu yang sangat mendasar, fungsional, dan strategis bagi kehidupan umat Islam maupun kehidupan manusia," imbuhnya.

Tetapi, Haedar menyebut bahwa boleh jadi zakat dan haji merupakan ibadah dan rukun Islam yang tidak mudah karena ada batas kemampuan. Namun, justru kekhasan dari zakat, infaq, dan shodaqoh sangat positif bagi umat Islam.

Jika umat Islam ingin menjadi khoiru ummah (umat terbaik) yang melahirkan baldatun thoyyibatun wa Robbun Ghofur(negara sejahtera yang diampuni oleh Tuhan), maka ZIS harus diletakkan sebagai salah satu pondasi yang penting. Di dalam Alquran, zakat selalu disandingkan dengan sholat. Maka, zakat merupakan elemen yang melekat dalam hablun minallah (hubungan dengan Allah) namun memiliki fungsi hablun minannas (hubungan dengan manusia).

Guru Besar UMY ini menyebut bahwa spirit kapitalistik sudah melekat dalam ajaran Islam, bukan sebagai medium yang lepas dari ajaran Islam, tapi ada ajaran teologisnya. Termasuk hadis Nabi yang memerintahkan umat Islam untuk menjadi tangan yang di atas, bukan di bawah.

"Maknanya, ZIS harus diletakkan sebagai etos setiap umat Islam untuk menjadi muzakki, bukan mustahik. Tanamkan dengan sosialisasi ibadah ZIS, termasuk lewat Lazismu, di keluarga-keluarga muslim untuk menjadi orang yang punya kemampuan sebagai muzakki, bukan mustahik," imbuhnya.

Mentalitas ini membuat umat Islam untuk berjihad dengan makna bekerja keras, ikhtiar, tidak malu bekerja apapun, gigih, dan lain sebagainya. Etos ini penting ditanamkan untuk jangka panjang.

Menurut Haedar, untuk jangka panjang, harus ditanamkan spirit kapitalisme kepada umat Islam. Maka yang anti kapitalisme tidak boleh menggenarilisasi bahwa kapitalisme sebagai sesuatu yang buruk.**(rls)