Gaungriau.com (PEKANBARU) -- Presiden Penyair Indonesia, Datuk Seri Sutardji Calzoum Bachri (SCB) merasa penampilan baca puisi di Riau kali ini agak istimewa. Sebab dia tampil membacakan puisi di depan ratusan pemuka masyarakat.

Tampak hadir pula, Gubernur Riau, Datuk Seri H. Syamsuar, M.Si, Danrem 031 Wirabima, unsur Forkopimda, anggota DPR dan DPD RI utusan Riau dan Pengurus Majelis dan Pengurus Harian FKPMR yang baru saja dikukuhkan.

''Ini menjadi sesuatu yang istimewa bagi saya,'' kata SCB sebelum membaca puisi dengan posisi duduk di kursi. Hadirin yang memadati acara Pengukuhan Pengurus Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) Periode 2019-2024 di Balai Serindit Gedung Daerah, Pekanbaru, Ahad malam 10 Nopember 2109 itu pun menyambutnya dengan tepuk tangan gemuruh.

SCB tak sendiri tampil di acara itu. Sebelumnya, secara bergantian tampil dua penyair Melayu lainnya yakni Datuk Seri Rida K. Liamsi dan Fakhrunnas MA Jabbar.

Ketua FKPMR masa khidmat 2019-2024, Dr. Chaidir, MM saat memberi sambutan sempat mengalu-alukan kehadiran SCB dalam forum itu.

"Datuk Seri SCB merupakan penyair Melayu yang tidak hanya berkiprah di Indonesia melainkan juga dunia. Pantas bila reputasi SCB diakui sebagai Presiden Penyair Indonesia. SCB adalah anak jati Melayu. Kita semua merasa bangga dengan SCB yang berhasil mengangkat marwah dan nama besar Melayu," kata Chaidir.

Sementara Gubri, Syamsuar turut pula berbangga hati atas kehadiran SCB tampil baca puisi di acara yang sama. ''Pak Sutardji ini sudah sangat terkenal. Beberapa tahun lalu saya pernah didaulat baca puisi di TIM Jakarta di depan Presiden Penyair ini. Bukan main, menggeletar juga lutut saya waktu itu,'' ucap Syamsuar dengan lidah Melayu yang kental.

SCB malam itu tampak bergairah membacakan empat puisi di antara Menulis, Tanah Airmata dan Sumpah Pemuda. Seperti biasa, SCB yang bergaya khas pakai jaket dan topi dan scarf dengan warna kecoklatan melantunkan puisi dengan suara khas yang berat dan gerau.

''Puisi 'Menulis' merupakan pernyataan kredo saya bahwa kata merupakan sesuatu yang penting dan menentukan. Allah pun menciptakan alam semesta ini juga dengan kata yakni 'Kun'. Maka terciptalah,'' kata SCB yang berkali-kali disambut tepuk tangan hadirin.

Ketika membacakan puisi 'Tanah Airmata', SCB sempat menceritakan bahwa puisi tersebut ditulisnya sebagai kritik terhadap rezim pemerintahan Orba yang belum berhasil menyejahterakan rakyat. Situasi yang sama tampaknya masih belum banyak berubah.

Sementara Rida K. Liamsi membacakan puisi panjang yang menukilkan sejarah Melayu masa lalu. Rida membacakan puisi dengan suara melengking penuh semangat. Di bagian tertentu Rida sempat pula mengucapksn puisinya denga gaya bersyair.

Terakhir, penyair Fakhrunnas MA Jabbar membacakan puisi penuh kritik dan perlawanan pada ketidakadilan pemerintah pusat puluhan tahun sejak merdeka dan masa Orba. Puisi berjudul 'Karena Kalian Gunung, Kami Pun Berubah Jadi Angin' dibacakan dengan teriakan keperihan yang disambut tepuk tangan hadirin.

''Budayan UU Hamidy pernah menulis bahwa Riau sebagai ladang perburuan. Akibatnya nasib rakyat Riau kurang beruntung selama bertahun-bertahun-tahun karena diperlakukan tidak adil. Oleh sebab itu, hampir semua sastrawan Riau menulis karya ya menyuarakan kenestapaan dan keperihan. Puisi-puisi yang ditulis para penyair bukanlah patokan ular kobra yang mematikan. Melainkan hanyalah sengatan ulat bulu yang hanya menimbulkan gatal-gatal saja,'' ucap Fakhrunnas.

Para pengurus FKPMR yang dikukuhkan pada acara dengan Ketua Dr. Chaidir, MM, Sekretaris, Drs. Endang Sukarelawan dan Bendahara , H.M. Yunus serta 56 anggota pengurus dan 99 orang Majelis FKPMR.**(rls)